SEARCH

PASAR TRADISIONAL DALAM TEORI ES POTENG


Pada suatu siang, ada seorang penjual es "poteng", kalau istilah yang lebih populer mungkin, es campur atau es tape. Pokoknya penjual es yang sehari-harinya menggunakan sepeda pancal. Secara tidak sengaja menghentikan sepedanya dan beristirahat di bawah sebuah pohon yang sebenarnya tidak begitu rindang. Tetapi, kalau dibandingkan dengan rasa capek "pak penjual es poteng" ini, maka pohon ini adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Lumrahlah, karena setelah setengah hari ini beliau dengan sabarnya berkeliling kampung menjajakan es potengnya dan kelihatannya sudah hampir habis.

Tanpa ia sadari, beliau tertidur dan betapa kagetnya karena tiba-tiba dibangunkan oleh seorang pemulung yang nampaknya setali tiga uang keperluannya sama dengan pak penjual es ini (ingin sekedar melepas lelah di bawah pohon ini).


Cukup lama mereka ngobrol berdua hingga lewatlah serombongan anak-anak sekolah pulang dari sekolah kira-kira 4-5 orang. Kemudian mereka mampir di bawah pohon itu dan membeli es poteng, sekalian mereka traktir juga itu si pemulung.

Ringkas cerita, mereka pun buyar dan satu persatu pulang ke rumah masing-masing. Keesokan harinya, terulang lagi peristiwa seperti kemarin dimana penjual es poteng berteduh kemudian ada rombongan anak-anak sekolahan mampir minum es tetapi kali ini dalam jumlah besar. Nah, kelihatannya muncul masalah baru karena es potengnya habis. Akhirnya keesokan harinya pak penjual es poteng mengajak seorang temannya sesama penjual es poteng.

Teruuussslah secara terus menerus di bawah pohon itu bertambah penjual-penjualnya dari hari ke hari. Penjual bakso, jamu, sayuran, souvenir, pakaian sampai pada suatu ketika kira-kira yaahh, sudah berjarak beberapa tahun...pak penjual es poteng itu sudah meninggal dan ada seorang penjual kain mendirikan sebuah lapak semi permanen persis di area pak penjual es poteng itu tadi. Tentunya sekarang pohonnya sudah ditebang dan sudah berdiri bangunan-bangunan semi permanen.

Rupanya tempat itu telah tersulap menjadi sebuah PASAR. Hingga bertahun-tahun, hingga saat ini dan mungkin hingga digusur lagi atau...entahlah !

Peristiwa inilah yang dijadikan orang sebagai teori cikal bakal berdirinya sebuah PASAR.

Teori ini pastilah kurang relevan untuk digunakan dari masa ke masa. Karena buktinya saat ini, pasar-pasar modern, swalayan, mall, pusat-pusat perbelanjaan toh didirikan secara "sim-salabim abrakadabra". Terlepas dari itu semua, pernahkah kita mengingat kembali "pak penjual es poteng" yang waktu itu karena tuntutan "dapur harus mengepul" harus berjuang hingga menancapkan sejarah di bawah pohon tadi ? Ataukah pernahkan kita merenungkan kembali peristiwa ditraktirnya "sang pemulung" oleh anak-anak sekolah yang kemudian menjadi titik sejarah baru itu.

Bandingkan saja antara "pasar" pak penjual "es poteng" bersama anak-anak pulang sekolah sebagai konsumennya dengan mall,"swalayan","hypermarket" bersama masyarakat konsumtifnya sebagai konsumennya. Sungguh sebuah pemandangan perbedaan yang sejatinya dimulai oleh "karakter ARSITEKTUR" yang tak manusiawi. Lihatlah, betapa gagahnya "hypermarket" itu berdiri menyambut dengan style "hingar bingarnya", menyambut konsumen ber"style" konsumtif yang dengan bangganya rela berjejer mengantri berjam-jam meskipun tak begitu jelas ingin membeli apa. Karena memang mereka tidak membutuhkan apa-apa untuk dibeli tak lebih dari hanya sekedar "TAKJUB" dan ingin turut serta "MENCICIPI" ....aroma kemewahan yang tak mungkin mereka raih.


Akhirnya apa yang terjadi, maaf...para "panrita balla" itu pun dengan bangganya menancapkan "menara gading" meskipun itu maksudnya "menara air" yang tak jelas apa hubungannya dengan ES POTENG. Kalau monumen sepeda pancal mungkin sedikit lebih relevan.

Semuanya berpulang kepada karakter apa yang berusaha kita, (anda dan saya), kita semua bangun. Karakter arsitektur tidak dapat dipalingkan dari "TEORI ES POTENG" yang sangat fenomenal itu.

SKETSA tak dapat MENGUBAH DUNIA


Judul di atas sesungguhnya originalnya begini : "SKETSA MENGUBAH DUNIA". Tetapi kemudian saya sisipkan dua kata di antaranya tak lain hanya karena menghindari polemik dan kurang rukunnya anda dengan saya.

Guru saya pernah berkata : "Coret saja kertas gambarmu, jangan biarkan kosong sepanjang malam. Kumpulkan coretan-coretan itu di akhir waktu. BANDINGKAN BEDANYA !!!
Perbedaan coretan di awal coretan sampai lembar yang paling terakhir, silakan anda nilai sendiri".

Ketika di hari pertama anda mencoret, maka mungkinlah akan mirip dengan coretan ini :


Uuppss, jangan miris dulu. Karena ini barulah awalan yang mungkin mirip kertas latihan anak saya di Play Group.

Ketika hari kedua, kelihatannya koq perlu pembenahan. Apa kata guru saya kalau lembarannya hanya satu, maka saya genapkan jadi dua.


Sedikit membaik. Hari ketiga terlalu capek rupayanya, hingga seharian tanpa hasil. Hari keempat saya ingat apa kata guru saya. Eeh,,hati-hatilah anda karena anda telah ketinggalan hari ketiga. Maka di hari keempat ini harus ada dua lembar.



Apa jadinya di hari-hari berikutnya, saya juga belum tahu. Kita lihat saja nanti.

Apakah betul DUNIA AKAN BERUBAH DENGAN SKETSA ?



KONSULTASI


Pertanyaan :
Bapak Mappisara yang baik. Saya seorang wiraswasta berdomisili di seputaran Grogol (alamat nanti aja). Lingkungan kami bermaksud mendirikan sebuah Musollah tetapi kami kesulitan merancang sendiri dan mencari jasa Arsitek pastilah membutuhkan ongkos yang sedikit ekstra. Mohon masukan dari bapak. terima kasih.
Dari AN,..Grogol



Tanggapan :


Bapak AN yang terhormat. Data yang bapak informasikan kepada saya sebenarnya kurang lengkap untuk lebih mengeksplorasi apa yang bapak inginkan. Tetapi baiklah, saya mencoba menduga-duga menurut versi saya.

Musollah pada umumnya adalah pusat kegiatan ibadah, acara peringatan keagamaan, sarana pendidikan formal maupun non formal dan begitu seterusnya. Sebelumnya perlu kita saling mengingatkan bahwa membangun pastilah sesuatu yang sulit tetapi memakmurkannya pasti jauh lebih sulit.

Yang perlu bapak pertimbangkan adalah, aksessibilitas publik, sirkulasi, sarana utilitas, aksessibilitas lingkungan. Saya memiliki beberapa sketsa sederhana, barangkali dapat menginspirasi bapak melanjutkan rancangan bapak itu.



Seringkali sktesa awal sangat membantu warga-warga lain di sekitar bapak untuk lebih mengembangkan lagi ide bapak itu sehingga rancangan akan menjadi lebih baik.


Kalau ada waktu saya akan coba membuat sketsa yang lebih spesifik. Walaupun begitu, silakan bapak melihat-lihat sketsa di blog ini yang mungkin posting-postingan saya yang lama. Mungkin akan bermanfaat, saya harap !!!

Meskipun demikian sekiranya bapak memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Akan tampil beda Musollah di tempat bapak sekiranya di desain minim (mungkin minimalis), terbuka. Disamping sirkulasi udara akan maksimal, pencahayaan juga akan "hemat energi", biaya pembangunan akan berkurang, mudah pengembangannya di kemudian hari dan yang paling utama adalah fungsi-fungsi kemasyarakatan lainnya semisal fungsi ganda untuk pertemuan warga dan lain-lain.



2. Lakukan zonifikasi area, semisal penggunaan pohon, perubahan tekstur material (semisal paving stone dll) sehingga area "SUCI" dan "PUBLIC" yang mungkin ber"najis" dapat dipisahkan.



3. Perhatikan fasilitas pendukung seperti listrik, sumber air, keamanan, telepon (jika dibutuhkan) dan lain-lain. Silakan bapak sesuaikan dengan kebutuhan.

Demikian saran saya, semoga bermanfaat.

AKSARA

Dulu saya mengira dunia arsitektur adalah dunianya kaum "grafis" yang tak bisa dijamah orang luar. Setelah melewati masa-masa ....dimana ternyata, terdapat beberapa karakter arsitektur yang justru lahir dari tangan-tangan yang bukan "ARSITEK". Sebut saja, "PELUKIS", "SASTRAWAN", atau mungkin dari seorang guru "BAHASA INGGRIS".

Beberapa waktu yang lalu saya menelusuri trotoar tak jauh dari kediaman saya bersama putri saya tercinta. Hingga akhirnya sang putri mampir di emperan loper "koran"..dan dalam sekejap larut dalam dunianya,...mencari buku-buku "tema anak-anak"...

Yang membuat saya kaget adalah saat dia bertanya : "Pa',aku mau bikin rumah tinggi pak,...kayak gini,.nih...." trus dia nunjuk sebuah komik lawas,...yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit...

Saya jawab,..tidak usah nak,...ga usah bikin rumah tinggi-tinggi,..yang pendek-pendek aja,..nanti nggak kesampaian. Kamu pasti akan kecewa...

Saya sempat jeprat jepret dia saat itu....ini dia hasil jepretannya..

KOLAM IKAN INTERIOR

Makan malam bersama keluarga sambil menikmati nuansa alam, mungkin sebagian dari keinginan anda yang hingga kini belum tercapai.

Atau anda ibu-ibu rumah tangga yang beraktifitas rutin di rumah seperti mencuci sambil berusaha relax dan "nyantai-nyantai", pastilah sebuah impian para ibu rumah tangga...
KOLAM IKAN INTERIOR
Berikut adalah capture dari berbagai sudut untuk inspirasi anda. !!!!

GARASI TERAPUNG

Pernahkah anda berangan-angan memiliki garasi dan teras depan rumah anda seolah-olah terapung di atas air ? Padahal rumah anda berada di areal perumahan dengan lahan yang sangat terbatas.

Gagasan ini berawal ketika sebuah job kecil kami menantang menempatkan sebuah balairung di atas laut tepatnya di beranda belakang rumahnya yang dia fungsikan sekaligus sebagai "tambatan perahu",...kalo bahasa pemiliknya sih,..katanya tempat berlabuhnya boat-boat pribadinya.

Nah, kalau konsep itu diterapkan di teras rumah anda persis anda nikmati ketika anda membuka pintu mobil anda setelah seharian bekerja,..why not ?...

Berikut, sketsa-sketsa itu : .............!!!!!