SKETSA MASJID SEDERHANA - Tak banyak yang bisa saya lakukan dengan tekanan. Lahannya sangat terbatas itupun dengan simpang siurnya hasil kesepakatan antara pengembang dengan perwakilan warga, minimnya waktu, besarnya harapan masyarakat dengan berbagai konsep masjid kontemporer...yaahh minimalislah, modernlah, menterenglah dan sedemikian banyak harapan-harapan yang sekiranya bisa terwakilkan dengan pra design kali ini. Untuk diketahui, bahwa kali ini designnya benar-benar dengan OWNER sa'kampung---sa'perumahan---dengan latar belakang yang begitu heterogen. Hingga saat ini belum ada satu pun konsultan yang menyatakan siap mengawali rancangan ini.Sebagai bahasan awal pada rancangan Masjid kali ini sejatinya sangat sederhana.Pertama, masjid ini sedapat mungkin mampu menjadi pusat informasi, pusat komunikasi, pusat pendidikan dan intinya sebagai pusat da'wah dan ibadah.Kedua, iklim tropis di Sidoarjo khan tak jauh beda dengan Surabaya....panasnya, berisiknya, dan lain sebagainya hingga rancangan kali ini mengedepankan konsep bangunan "BERNAFAS".Ketiga, masyarakat sekeliling menurut data statistik yang dapat dipertanggungjawabkan, 5% profesinya informal, 5% PNS, 10% pegawai swasta, dan selebihnya adalah anggota TNI/POLRI aktif dan purna bhakti.
PRESENTASI PERTAMA
Sedikit menyerupai Balai RT/RW karena memang konsep awalnya begitu. Targetnya waktu itu adalah, Musollah yang sesekali waktu dapat digunakan oleh warga lain termasuk non muslim bila ingin menyelenggarakan acara seperti arisan, pertemuan warga dan lain-lain. Nampaknya gagasan ini cukup kontroversial, meskipun sebenarnya konsep terbuka pada rancangan kali ini begitu terasa. Musollah tanpa dinding, memungkinkan siapa saja untuk mampir di sana meskipun
mungkin hanya ingin tidur-tiduran.
Nampaknya presentasi kali menemui jalan buntu alias 'deadlock'. Tak jadi masalah, namanya juga "design" sudah biasa dalam revolusi ' kata bung karno.
PRESENTASI KEDUA
Nah,....pada presentasi kali ini cukup unik. Uniknya karena ternyata lahannya menjadi tidak jelas dan panitia pengadaan lahannya pun banyak yang menghilang alias mengundurkan diri...mungkin karena tekanan atau faktor x lainnya. Ternyata ada satu hal yang luput dari pertimbangan saya waktu itu yakni rupanya warga sangat yakin bahwa stigma masjid yang kosong tanpa jamaah bakalan hilang dari muka bumi. Sehingga asumsinya jamaah akan berjubel, berdesak-desakan hingga bangunannya harus direncanakan bertingkat. Untuk yang kedua kalinya, mentah lagi padahal presentasi paling tidak cukup tiga kali saja. Lebih dari itu, kapabilitas perancang cukup dipertanyakan. Pastinya !!! silakan pertanyakan saja!
PRESENTASI KETIGA
Sederhana sebenarnya langkah yang saya lakukan ketika itu. Tanpa membubarkan audience, sulapan itupun akhirnya saya lakukan. Saya 'streching' bangunan itu menjadi dua lantai dan saya presentasikan ulang seolah-olah sudah saya siapkan sebelumnya. Padahal, masya Alloh sungguh ini di luar dugaan. Mayoritas peserta rapat respek dengan rancangan ini meskipun akhirnya saya tidak ikut mengetok palu karena saya lagi ada tamu dari Malang ketika itu. Perjuangan belum selesai kawan....Banyak betul keinginan orang yang harus saya akomodir. Ada usulan baru, harus ada menaranya. Sebenarnya saya sempat berargumentasi, menara itu khan karena jaman dulu belum ada pembesar suara.
PRESENTASI KEEMPAT
Harapannya, banyak hal yang semestinya terexplore kali ini....Uppps....saya mau sholat Jum'at dulu. Penjelasannya belum selesai....tapi saya posting saja dulu biar gimana gituu!!!!
No comments:
Post a Comment