SEARCH

Showing posts with label Sketch. Show all posts
Showing posts with label Sketch. Show all posts

RUMAH IDAMAN

Tak banyak yang bisa dilakukan seorang perancang, ketika kliennya menunjuk rumah yang itu sebagai referensi design rumahnya, pagar yang di majalah itu yang dia inginkan, atap yang di seberang jalan itu yang dia mau. Atau misalkan fasade yang seperti rumahnya pak anu itu juga bagus kalau diadobsi ke design rumahnya.


Rupanya, fenomena itu tak saya dapatkan ketika memulai goresan ini. Ownernya begitu terbuka, bahkan berani mengemukakan bahwa seandainya boleh diusulkan rumahnya dirancang sebagai rumah tumbuh juga beliau tidak keberatan. Hanya saja konsep minimalis yang beberapa dekade terakhir sedang tren, ingin juga beliau ambil sebagai base concept'nya. 





SKETSA MASJID SEDERHANA


SKETSA MASJID SEDERHANA - Tak banyak yang bisa saya lakukan dengan tekanan. Lahannya sangat terbatas itupun dengan simpang siurnya hasil kesepakatan antara pengembang dengan perwakilan warga, minimnya waktu, besarnya harapan masyarakat dengan berbagai konsep masjid kontemporer...yaahh minimalislah, modernlah, menterenglah dan sedemikian banyak harapan-harapan yang sekiranya bisa terwakilkan dengan pra design kali ini. Untuk diketahui, bahwa kali ini designnya benar-benar dengan OWNER sa'kampung---sa'perumahan---dengan latar belakang yang begitu heterogen. Hingga saat ini belum ada satu pun konsultan yang menyatakan siap mengawali rancangan ini.Sebagai bahasan awal pada rancangan Masjid kali ini sejatinya sangat sederhana.Pertama, masjid ini sedapat mungkin mampu menjadi pusat informasi, pusat komunikasi, pusat pendidikan dan intinya sebagai pusat da'wah dan ibadah.Kedua, iklim tropis di Sidoarjo khan tak jauh beda dengan Surabaya....panasnya, berisiknya, dan lain sebagainya hingga rancangan kali ini mengedepankan konsep bangunan "BERNAFAS".Ketiga, masyarakat sekeliling menurut data statistik yang dapat dipertanggungjawabkan, 5% profesinya informal, 5% PNS, 10% pegawai swasta, dan selebihnya adalah anggota TNI/POLRI aktif dan purna bhakti.




PRESENTASI PERTAMA

Sedikit menyerupai Balai RT/RW karena memang konsep awalnya begitu. Targetnya waktu itu adalah, Musollah yang sesekali waktu dapat digunakan oleh warga lain termasuk non muslim bila ingin menyelenggarakan acara seperti arisan, pertemuan warga dan lain-lain. Nampaknya gagasan ini cukup kontroversial, meskipun sebenarnya konsep terbuka pada rancangan kali ini begitu terasa. Musollah tanpa dinding, memungkinkan siapa saja untuk mampir di sana meskipun

mungkin hanya ingin tidur-tiduran. 

Nampaknya presentasi kali menemui jalan buntu alias 'deadlock'. Tak jadi masalah, namanya juga "design" sudah biasa dalam revolusi ' kata bung karno.








PRESENTASI KEDUA



Nah,....pada presentasi kali ini cukup unik. Uniknya karena ternyata lahannya menjadi tidak jelas dan panitia pengadaan lahannya pun banyak yang menghilang alias mengundurkan diri...mungkin karena tekanan atau faktor x lainnya. Ternyata ada satu hal yang luput dari pertimbangan saya waktu itu yakni rupanya warga sangat yakin bahwa stigma masjid yang kosong tanpa jamaah bakalan hilang dari muka bumi. Sehingga asumsinya jamaah akan berjubel, berdesak-desakan hingga bangunannya harus direncanakan bertingkat. Untuk yang kedua kalinya, mentah lagi padahal presentasi paling tidak cukup tiga kali saja. Lebih dari itu, kapabilitas perancang cukup dipertanyakan. Pastinya !!! silakan pertanyakan saja!




PRESENTASI KETIGA



Sederhana sebenarnya langkah yang saya lakukan ketika itu. Tanpa membubarkan audience, sulapan itupun akhirnya saya lakukan. Saya 'streching' bangunan itu menjadi dua lantai dan saya presentasikan ulang seolah-olah sudah saya siapkan sebelumnya. Padahal, masya Alloh sungguh ini di luar dugaan. Mayoritas peserta rapat respek dengan rancangan ini meskipun akhirnya saya tidak ikut mengetok palu karena saya lagi ada tamu dari Malang ketika itu. Perjuangan belum selesai kawan....Banyak betul keinginan orang yang harus saya akomodir. Ada usulan baru, harus ada menaranya.  Sebenarnya saya sempat berargumentasi, menara itu khan karena jaman dulu belum ada pembesar suara.



PRESENTASI KEEMPAT



Harapannya, banyak hal yang semestinya terexplore kali ini....Uppps....saya mau sholat Jum'at dulu. Penjelasannya belum selesai....tapi saya posting saja dulu biar gimana gituu!!!!





GOLDEN SECTION, PERSAMAAN GARIS SINGGUNG DAN UJIAN AKHIR NASIONAL


Banyak hal yang saya ingat ketika gambar ini saya tayangkan pertama kali. Pertama, materi try out ujian akhir nasional yang di pajang dua halaman penuh di koran-koran nasional belakangan ini. Kedua, pelajaran matematika SLTP yang dulu sangat membuat "suntuk" alias "tak berdaya" saat ulangan harian.... Dan yang Ketiga, materi "Golden Section" yang sudah umum diketahui saudara-saudaraku.

Mohon maaf, karena saya tidak bermaksud membahas ketiga hal itu apalagi mengulas habis judul entri ini. Terlalu tinggi, alias "terlalu rumit", dan pastinya anda justru lebih dalam pengetahuannya tentang itu.

Sesungguhnya sederhana saja yang ingin saya artikelkan pada kesempatan ini.

PERTAMA
Kalau anda seorang guru les matematika, pernahkah anda menjelaskan kepada anak-anak les private anda tentang "untuk apa" mereka memperlajari garis singgung ?

KEDUA
Kalau anda seorang mahasiswa arsitektur atau seni lukis mungkin, masih ingatkah anda dengan ungkapan "bebaskan garis anda mengalir kemana saja, tetapi setelah itu ukur hasil akhirnya". Maksud saya adalah se-"free" apapun goresan anda tetapi harus bisa diukur. Lebih jauh anda lebih mengetahuinya.

KETIGA
Kalau anda tidak termasuk di antara keduanya, maka silakan baca sajalah dengan seksama dan saya harap kita tidak berselisih paham tentang ini.


Gambar pertama tadi terlalu kecil untuk diurai secara bersamaan, makanya berikut ini saya "split" satu demi satu dan SILAKAN ANDA MENYIMPULKAN SENDIRI DAN SEMOGA BERMANFAAT !!!






















SKETSA KEHIDUPAN


Terlalu sering saya tampilkan model kubah di blog ini. Tetapi tak apalah, karena itu adalah cerminan "kegalauan" sketsa saya akhir-akhir ini. Pertama, karena di "jalan alternatif" yang setiap hari saya lewati terdapat sebuah Masjid Kubah besar yang merana "terbenam" oleh situasi yang tidak menguntungkan. Dan yang Kedua, karena model Kubah inilah yang sementara ini menjadi representasi "keinginan" komunitas saya untuk semakin dipertegas.



Terlanjur, yah....kayaknya istilah itu yang ingin saya gunakan sebagai pembelaan atas terbatasnya dan kekurangpercayadirian saya mem'presentasikan' goresan pena itu. Pesan saya sesungguhnya adalah Masjid yang di'idekan' dalam waktu dekat itu harus terbuka, dan hilang "kunci-kunci" penutup darinya. Siapa pun boleh duduk di sana, bahkan tidur-tiduran pun boleh. Tak akan ada lagi tulisan "DILARANG TIDUR-TIDURAN DI MASJID INI".



Lebih jauh lagi, tak boleh lagi terdapat tulisan "ANAK KECIL DI BAWAH 7 TAHUN TAK BOLEH MASUK KE MASJID INI".





Lebih mudahnya, saya kira "download" aja sketsa-sketsa yang saya selipkan "morat-marit ini" dan kita bahas nanti malam.....Ahhh...jangan buru-buru, kapan saja kalau sudah ada undangan. Okay bro !!!!

PASAR TRADISIONAL DALAM TEORI ES POTENG


Pada suatu siang, ada seorang penjual es "poteng", kalau istilah yang lebih populer mungkin, es campur atau es tape. Pokoknya penjual es yang sehari-harinya menggunakan sepeda pancal. Secara tidak sengaja menghentikan sepedanya dan beristirahat di bawah sebuah pohon yang sebenarnya tidak begitu rindang. Tetapi, kalau dibandingkan dengan rasa capek "pak penjual es poteng" ini, maka pohon ini adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Lumrahlah, karena setelah setengah hari ini beliau dengan sabarnya berkeliling kampung menjajakan es potengnya dan kelihatannya sudah hampir habis.

Tanpa ia sadari, beliau tertidur dan betapa kagetnya karena tiba-tiba dibangunkan oleh seorang pemulung yang nampaknya setali tiga uang keperluannya sama dengan pak penjual es ini (ingin sekedar melepas lelah di bawah pohon ini).


Cukup lama mereka ngobrol berdua hingga lewatlah serombongan anak-anak sekolah pulang dari sekolah kira-kira 4-5 orang. Kemudian mereka mampir di bawah pohon itu dan membeli es poteng, sekalian mereka traktir juga itu si pemulung.

Ringkas cerita, mereka pun buyar dan satu persatu pulang ke rumah masing-masing. Keesokan harinya, terulang lagi peristiwa seperti kemarin dimana penjual es poteng berteduh kemudian ada rombongan anak-anak sekolahan mampir minum es tetapi kali ini dalam jumlah besar. Nah, kelihatannya muncul masalah baru karena es potengnya habis. Akhirnya keesokan harinya pak penjual es poteng mengajak seorang temannya sesama penjual es poteng.

Teruuussslah secara terus menerus di bawah pohon itu bertambah penjual-penjualnya dari hari ke hari. Penjual bakso, jamu, sayuran, souvenir, pakaian sampai pada suatu ketika kira-kira yaahh, sudah berjarak beberapa tahun...pak penjual es poteng itu sudah meninggal dan ada seorang penjual kain mendirikan sebuah lapak semi permanen persis di area pak penjual es poteng itu tadi. Tentunya sekarang pohonnya sudah ditebang dan sudah berdiri bangunan-bangunan semi permanen.

Rupanya tempat itu telah tersulap menjadi sebuah PASAR. Hingga bertahun-tahun, hingga saat ini dan mungkin hingga digusur lagi atau...entahlah !

Peristiwa inilah yang dijadikan orang sebagai teori cikal bakal berdirinya sebuah PASAR.

Teori ini pastilah kurang relevan untuk digunakan dari masa ke masa. Karena buktinya saat ini, pasar-pasar modern, swalayan, mall, pusat-pusat perbelanjaan toh didirikan secara "sim-salabim abrakadabra". Terlepas dari itu semua, pernahkah kita mengingat kembali "pak penjual es poteng" yang waktu itu karena tuntutan "dapur harus mengepul" harus berjuang hingga menancapkan sejarah di bawah pohon tadi ? Ataukah pernahkan kita merenungkan kembali peristiwa ditraktirnya "sang pemulung" oleh anak-anak sekolah yang kemudian menjadi titik sejarah baru itu.

Bandingkan saja antara "pasar" pak penjual "es poteng" bersama anak-anak pulang sekolah sebagai konsumennya dengan mall,"swalayan","hypermarket" bersama masyarakat konsumtifnya sebagai konsumennya. Sungguh sebuah pemandangan perbedaan yang sejatinya dimulai oleh "karakter ARSITEKTUR" yang tak manusiawi. Lihatlah, betapa gagahnya "hypermarket" itu berdiri menyambut dengan style "hingar bingarnya", menyambut konsumen ber"style" konsumtif yang dengan bangganya rela berjejer mengantri berjam-jam meskipun tak begitu jelas ingin membeli apa. Karena memang mereka tidak membutuhkan apa-apa untuk dibeli tak lebih dari hanya sekedar "TAKJUB" dan ingin turut serta "MENCICIPI" ....aroma kemewahan yang tak mungkin mereka raih.


Akhirnya apa yang terjadi, maaf...para "panrita balla" itu pun dengan bangganya menancapkan "menara gading" meskipun itu maksudnya "menara air" yang tak jelas apa hubungannya dengan ES POTENG. Kalau monumen sepeda pancal mungkin sedikit lebih relevan.

Semuanya berpulang kepada karakter apa yang berusaha kita, (anda dan saya), kita semua bangun. Karakter arsitektur tidak dapat dipalingkan dari "TEORI ES POTENG" yang sangat fenomenal itu.

SKETSA tak dapat MENGUBAH DUNIA


Judul di atas sesungguhnya originalnya begini : "SKETSA MENGUBAH DUNIA". Tetapi kemudian saya sisipkan dua kata di antaranya tak lain hanya karena menghindari polemik dan kurang rukunnya anda dengan saya.

Guru saya pernah berkata : "Coret saja kertas gambarmu, jangan biarkan kosong sepanjang malam. Kumpulkan coretan-coretan itu di akhir waktu. BANDINGKAN BEDANYA !!!
Perbedaan coretan di awal coretan sampai lembar yang paling terakhir, silakan anda nilai sendiri".

Ketika di hari pertama anda mencoret, maka mungkinlah akan mirip dengan coretan ini :


Uuppss, jangan miris dulu. Karena ini barulah awalan yang mungkin mirip kertas latihan anak saya di Play Group.

Ketika hari kedua, kelihatannya koq perlu pembenahan. Apa kata guru saya kalau lembarannya hanya satu, maka saya genapkan jadi dua.


Sedikit membaik. Hari ketiga terlalu capek rupayanya, hingga seharian tanpa hasil. Hari keempat saya ingat apa kata guru saya. Eeh,,hati-hatilah anda karena anda telah ketinggalan hari ketiga. Maka di hari keempat ini harus ada dua lembar.



Apa jadinya di hari-hari berikutnya, saya juga belum tahu. Kita lihat saja nanti.

Apakah betul DUNIA AKAN BERUBAH DENGAN SKETSA ?